Friday, August 8, 2008

Our Headmaster

perkenalkan, kepala sekolah di SMA tempat saya menuntut ilmu.
Kepala sekolah saya adalah seorang suster, tapi sikapnya tidak mencerminkan bahwa dia adalah suster. Suster yang saya lihat di telenovela, selalu murah senyum, ramah, cantik, selalu care sama murid-muridnya. tapi suster yang satu ini adalah antonimnya.

Suster ini benci senioritas. saya tahu maksud dan tujuannya baik. tapi itulah tradisi sekolah ini. sudah ada bahkan sebelum dia lahir. daripada menghilangkan hal itu, kenapa tidak diarahkan ke senioritas yang baik? Buat apa membeli cctv untuk dipasang di kelas-kelas? Masih banyak yang lebih diperlukan daripada mengawasi cara guru mengajar dan merusak privasi murid-murid di kelas.
kepala sekolah yang baik adalah kepala sekolah yang mau mendengar aspirasi murid-muridnya. tapi dia malah menjatuhkan perasaan muridnya.
padahal apa yang kita semua lakukan adalah demi kebaikan nama sekolah juga.

salah seorang teman dekat saya bercerita,dia ikut ekskul teater di sekolah saya. dia cinta dengan ekskulnya. teater setiap tahun selalu mentas di GKJ. Dan yang paling saya sukai adalah keeratannya. Tapi suster menentang ekskul Teater. pernah suatu hari,dia mau membubarkan ekskul dengan membuat gosip kalau ada orang tua yang mengadu.ketika itu anak-anak teater tidak percaya lalu membawa pengacara. suster cuma bilang "sebetulnya itu cuma bohong,saya cuma ingin membuat shock teraphy untuk kalian" arrrrghh! saya emosi mendengarnya.
sedangkan saya yang ekskul drumband,merasa kalau ekskul saya di anak emas kan.
ya bayangkan saja,setiap kita main di event-event. bayarannya bisa puluhan juta. dan tentunya,uang itu sama sekali tidak kita nikmati. paling imbalannya hanya sebungkus nasi kotak dan sebotol air minum. Drumband jadi kilang minyak buat sekolah saya.
Saya merasa ini tidak adil buat ekskul-ekskul lain. Saya muak sekali!
Serasa kami semua jadi mesin penghasil uang untuksekolah,mencari nama baik. Setiap tahun ikut pertandingan bergengsi,latihan selama 6 bulan,panas hujan,sakit,tidak mendapat liburan seperti yang teman-teman yang lain.

Dan yang paling kasihan adalah guru-guru saya.siang tadi,seorang guru yang sudah 14 tahun mengajar di sekolah saya bercerita tentang abdi dalem di keraton Yogyakarta. mereka bekerja dengan gaji kecil,tetapi mereka punya keyakinan, bahwa dengan bekerja untuk kerajaan, mereka pasti akan mendapat berkah dan rejeki.
seperti itu pula guru saya itu mengajar. walaupun gajinya kecil, dan suster kami sering membebani mereka (misalnya dengan adanya cctv,kurikulum SAS,dsb)
tapi dia mencintai murid-muridnya. begini kata beliau "kerja itu yang penting tekun dan tanggung jawab". dia senang menjadi guru disekolah ini. walau dengan suster yang menyebalkan dan kurikulum yang membuatnya harus tinggal sampai malam disekolah.

mungkin ini hanya emosi belaka. disaat-saat seperti ini memang kita terlalu keras kepaladan idealis. seperti kata guru saya, setelah kamu semakin dewasa, kamu akan lebih menerima orang lain dengan sifatnya itu. ya,saya hanya bisa pasrah terhadap cara-cara dan peraturan yang kepala sekolah saya buat.
tetapi mungkin ini nanti akan menjadi berguna, setelah saya dewasa dan menyadarinya.

2 comments:

tessa said...

saya setuju kak karena menurut saya pemasangan cctv di kelas itu tidak mendukung kegiatan belajar. katanya nilai sikap siswa juga diambil dari situ kak,jadi kita diamati terus sama si suster.kan jadi ga nyaman kak.

Anonymous said...

SETUJU.