Kehingar bingaran suara bis beradu di raya jalan Jakarta
Asap menguap ke atas langit yang tampak seperti berkabut
Layaknya sebuah gurun pasir di belantara pencakar langit yang berkilauan
Hembusan angin panas yang tak dapat lagi dielakkan
Tunas-tunas pohon pun ditanam disisi kanan kiri trotoar jalan
Tapi pernahkah kamu bayangkan?
Kemana pohon besar yang sudah lama menyaksikan perjalanan kehidupan selama ini?
Kapankah tunas pohon-pohon kerempeng itu akan meneduhkan manusia kelak?
Pernahkah juga kau bayangkan paru-paru manusia malang
yang tidur, makan, duduk, menghabiskan kesehariannya di kolong jembatan?
Apa mereka masuk angin? Apa mereka sudah makan? Apa mereka mandi dengan air bersih?
Apa besok mereka bisa makan lagi? Apa besok mereka masih bisa bertahan hidup?!
Berlari lari di jalan raya tanpa alas kaki, bergerilya sementara lampu merah menyala
Sementara mereka yang dikastakan Sudra
Para penjaja minuman, pemilik warung, pedagang kaki lima, tukang tambal ban
hidup dalam kecurangan untuk naik ke kasta yang lebih tinggi
Pernahkah kamu berpikir kalau kecuranganmu itu membahayakan banyak insan?
Lebih buruk daripada itu, adalah mereka para bangsawan
Mereka bertindak seakan mereka sebelas - dua belas dengan Tuhan
Mereka sombong. Mereka munafik. Mereka sekularis.
Mereka mengerogoti tulang tulang kurus para pengemis, para kuli, para budak kelaparan
Sedih, ya tentu saja.
Jahat, ya kadang kadang sepertinya.
Begitulah dunia adanya.
Tidak ada yang bisa disalahkan. Ya, tidak ada seorangpun.
Itu hanya garis kehidupan manusia, nasib.
1 comment:
ya roda nasib itu berputar cell....tapi terkadang dia tidak berputar sama sekali......nasib..hanya Tuhan lah tahu....
hidup cella rakyat pejuang!!!!
Post a Comment